Ilmu Sosial dan Kehidupan

Teori Balance Scorecard

Gambar
Dalam dunia manajemen strategis, pengukuran kinerja organisasi telah lama didominasi oleh indikator keuangan seperti laba, ROI, dan arus kas. Namun, pendekatan ini terbukti tidak cukup untuk menangkap dinamika dan kompleksitas organisasi modern. Sebagai solusi, Kaplan dan Norton memperkenalkan Balanced Scorecard (BSC), sebuah sistem pengukuran kinerja yang menyelaraskan visi dan strategi organisasi dengan indikator operasional yang lebih luas. BSC mengusung empat perspektif utama: 1. Perspektif Keuangan – Menilai keberhasilan organisasi dalam menciptakan nilai ekonomi bagi pemegang saham. 2. Perspektif Pelanggan – Mengukur kepuasan, loyalitas, dan persepsi pelanggan terhadap produk atau layanan. 3. Perspektif Proses Internal – Mengevaluasi efisiensi dan efektivitas proses bisnis yang mendukung pencapaian strategi. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan – Menyoroti kapabilitas sumber daya manusia, sistem informasi, dan budaya organisasi dalam mendukung inovasi dan perbai...

Warung Kelontong Madura di Jakarta

 


Kebutuhan akan bahan-bahan tertentu tidak pernah terlepas dari jangkauan manusia sehari-hari. Mulai dari bahan-bahan kecil sekali, maupun bahan-bahan yang sifatnya sekala besar. Ini merupakan suatu yang lumrah bagi makhluk sosial dalam menjalankan kehidupan sebagai mahkluk yang selalu akan membutuhkan sesatu yang lain selain darinya.

Dalam buku Pengelolaan Lingkungan Sosial, yang di tulis oleh Jonny Purba, di katakana bahwa manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tampa orang lain dan barang lain.[1] Ini menunjukkan bahwa sempurnanya manusia dikatakan sebagi makhluk sosial karena adanya orang lain dan barang lain di sekitarnya sebagai bagian dari pelengkap intraksi sosialnya. Lebih-lebih dengan bahan pokok, seperti makanan, obat-obatan, dan lain sebagainya. Barang-barang ini tidak boleh jauh dari jangkauan kehidupannya. Dan kebutuhan akan barang-barang pokok ini menuntun adanya sebuah penggerak atau tempat sebagai titik temu antara kepentingan hidup dan pelaku hidup. Warung kelontong Madura misalnya. Yang menyediakan barang-barang pokok dan bahan-bahan yang di butuhkan dalam keseharian kita.

Warung ini umumnya di kenal dengan Warung Madura,[2] dengan ciri dan bentuk yang relatif sama antar warung kelontong lainnya dan penjual yang sama-sama berasal dari pulau Madura. Sehingga orang sudah tidak asing lagi dengannya. Mulai dari adanya etalase berisi beras dan bensin  eceran  di  depannya, dan  barang    jualannya  rapi  ditata  sesuai  jenisnya. Dan yang paling melekat dari ciri warung ini adalah  buka  24  jam dengan penjganya yang berlogat madura. Orang Madura di kenal dengan kelompok perantau yang sudah banyak bertempat tinggal di seluruh kota Indonesia. Hampir di semua tempat. Etnis Madura, secara keseluruhan beranggapan bahwa migrasi sudah menjadi tradisi di kalangannya, dan etnis ini tergambar sebagai etnis yang memiliki keberanian jiwa, fisik yang tinggi, berjiwa keras dan ulet, penuh percaya diri, defensif dalam berbagai situasi bahaya dan genting, bersikap terbuka, lugas dalam bertutur, menjunjung tinggi martabat dan harga diri[3]

Warung kelontong Madura adalah model toko kecil namun isinya termasuk lengkap dari segi segala kebutuhan pokok sehari-hari. Mulai dari barang-barang kebutuhan dapaur, barang barang kebutuhan kamar mandi, hingga kebutuhan barang-barang yang ada di luar rumah ada di jual di warung ini, seperti jas hujan dan payung. Yang paling tidak kalah menariknya warung ini mampu beradaptasi dengan kebutuhan pelanggan. Seperti pergeseran pemakaian uang tunai ke uang non tunai yang sangat massif. Warung ini bahkan sudah menyediakan untuk pembayaran non tunai tersebut. Bahkan saldo rekeningpun disana sudah bisa diambil.

Penelitian   yang   dilakukan   oleh Rival Nursema, pada tahun 2018.[4] Penelitian yang di gunakan Rival diatas menggunakan metode analisis deskriptif terjun langsung ke lapangan dengan wawancara langsung ke pedagang-pedagang Madura. Dalam penelitian itu ia menemukan strategi  warung  kelontong Madura ini dalam  bersaing  dengan beberapa poin yang harus di jaganya:

1.      Bersikap ramah dan sopan .

Ramah dan sopan merupakan cara yang di terapkan dalam strategi marketing penjualan. Dengan ramah dan soapan ini di harapkan pelanggan merasa nyaman dan puas berbelanja di tempat tersebut. Bahkan rata-rata marketing penjualan menjadikan sikap ramah dan sopan ini sebagai harga mati dan yang paling utama dalam melayani pelanggan atau pembeli.

2.      Selalu membuka warung 24 jam.

Waktu buka juga tidak kalah penting dari strategi memepertahankan jalannya usaha. Dikarenakan aktifitas manusia yang beraneka ragam, maka dalam mencari kebutuhanpun akan terjadi perbedaan waktu untuk memenuhinya. Dengan membuka 24 jam ini artinya selalu ada setiap waktu, akan menjaga diri bagi pedagang kelontong supaya tetap menjadi pilihan utama bagi pelanggannya.

3.      Menjual  barang-barang  pokok  yang  juga  dijual  di  minimarket besar lainya.

Ketersediaan barang yang lengkap juga tidak kalah penting. Kadang orang pergi belanja dengan tujuan bahan yang sangat di perlukan, berbarengan dengan membeli barang atau bahan yang sifatnya sampingan. Maka ketersediaan barang secara menyeluruh ini juga tidak kalah penting sebagai strategi mempertahankan eksistensi dari sebuah usaha. Bahakan barang kecil sekalipun. Itu akan menjadi penilaian akan kelengkapan suatu barang jika memang tersedia di jual di sebuah warung kelontong.

4.      Menjual barang yg di butuhkan bersekala namun rutin.

Barang rutinan biasanya di butuhkan dalam sehari semalam atau 24 jam. Namun ada barang yang di butuhkan oleh manusia yang sifatnya rutin namun tidak dalam kurun waktu 24 jam, artinya punya sekala dan tenggang waktu tertentu. Dan barang-barang ini juga tersedia di warung kelontong Madura. Seperti bensin eceran, pulsa elektrik dan  beras literan.

Dengan strategi ini, warung ini mampu bersaing dan eksis dalam waktu yang lama bahkan bersaing dengan warung dan market besar sekalipun. Seperti yang kita ketahui dan lihat saat ini. Meskipun setiap sudut kota Jakarta hususnya terdapat market-market besar dan lengkap, warung kelontong Madura masih tetap menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari hususnya di jakarta.

Di Jakarta banyak warung kelontong dari etnis lain, banyak juga minimarket modern seperti Lawson, Alfamart, Alfamidi, dan Indomaret. Namun warung kelontong maduraini masih di bilang warung kelontong yang paling mendominasi di setiap perumahan, gang-gang, dan jalan-jalan besar di Jakarta. Dengan banyaknya jumlah dan ciri yang husus menjadikan warung kelontong madur ini menjadi warung kelontong yang berbeda dengan yang lainnya.

 



[1] Jonny Purba, Pengelolaan Lingkungan Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Juni 2005)’ Cet. Ke-2, hal. 1.

[2] Moh. Wafiruddaroin, Dinamika Sosial Budaya Komunitas Pedagang  Kelontong Madura  di Kecamatan Pamulang Kota  Tangerang Selatan, (Jurnal Pemikiran dan Riset Sosiologi, 2022), Vol.3, No. 2, hal. 5.

[3] Andriyani Widiyastuty dkk, Kupas   Tuntas   Strategi   Toko   Kelontong   Madura   untuk   Menghadapi Persaingan Bisnis di Yogyakarta, (Jurnal Aktiva, Manajemen dan Bisnis, Oktober 2023),  Vol. 3, No. 4, hal. 2

[4] Rival Nursema, Pengaruh perkembangan minimarket terhadap kelangsungan usaha warung tradisional dan strategi agar dapat bersaing dan bertahan hidup di 3 Kecamatan Kota Tangerang Selatan. BS thesis. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2018.

Komentar

Berbagi Info

KEAJAIBAN SIDIK JARI

Memahami Sejarah Terbentuknya Konsep dan Sistem Kebijakan Ekonomi pada masa Rasululloh dan Khulafa’urrosyidin

KEBIASAAN ITU TERPOLAKAN, BISA DIUKUR LANGSUNG

Manajemen Dakwah- Ayat-Ayat Al-qur'an yang Menyebutkan tentang Manusia

Perintah Dalam Qur'an untuk membuat rencana