Ilmu Sosial dan Kehidupan

Teori Balance Scorecard

Gambar
Dalam dunia manajemen strategis, pengukuran kinerja organisasi telah lama didominasi oleh indikator keuangan seperti laba, ROI, dan arus kas. Namun, pendekatan ini terbukti tidak cukup untuk menangkap dinamika dan kompleksitas organisasi modern. Sebagai solusi, Kaplan dan Norton memperkenalkan Balanced Scorecard (BSC), sebuah sistem pengukuran kinerja yang menyelaraskan visi dan strategi organisasi dengan indikator operasional yang lebih luas. BSC mengusung empat perspektif utama: 1. Perspektif Keuangan – Menilai keberhasilan organisasi dalam menciptakan nilai ekonomi bagi pemegang saham. 2. Perspektif Pelanggan – Mengukur kepuasan, loyalitas, dan persepsi pelanggan terhadap produk atau layanan. 3. Perspektif Proses Internal – Mengevaluasi efisiensi dan efektivitas proses bisnis yang mendukung pencapaian strategi. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan – Menyoroti kapabilitas sumber daya manusia, sistem informasi, dan budaya organisasi dalam mendukung inovasi dan perbai...

Gerakan Nahdlatul Wathan untuk Agama Negara dan Bangsa

 A.    Pendahuluan

Pendidikan dan peningkatan kesadaran adalah langkah awal penting dalam gerakan organisasi dalam mencapai tujuan. Gerakan rakyat yang menginginkan kemerdekaan misalnya. Rakyat perlu memahami hak-hak mereka, sejarah penjajahan atau penindasan, dan mengapa kemerdekaan diperlukan. Gerakan kemerdekaan sering kali membutuhkan partisipasi yang luas dari rakyat. Membentuk kelompok, organisasi, atau koalisi yang berkomitmen untuk kemerdekaan adalah langkah penting. gerakan kemerdekaan sering kali berlangsung dalam konteks yang kompleks dan seringkali panjang. Strategi yang dipilih akan bervariasi sesuai dengan situasi dan tujuan yang ingin dicapai. Keberhasilan gerakan kemerdekaan tergantung pada berbagai faktor, termasuk dukungan rakyat, diplomasi, dan kemampuan untuk memobilisasi sumber daya.

Nahdlatul Wathan adalah organisasi kemasyarakatan yang berbekal iman taqwa yang bergerak di bidang pendidikan, sosial dan Dakwah,[1] mengambil peran penting dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa dengan tujuan merdeka seutuhnya dari penjajah dan merdeka hakikatnya dari kebodohan akan ilmu pengetahuan.

Dalam mengimplementasikan kemerdekan dari penjajah Nahdlatul Wathan menjadikan madrasah sebagi basis atau markas perjuangan, tempat menyusun rencana gerakan melawan penjajahan. Hal ini tidak terlepas dari semangat nasionalis yang di miliki pendirinya yakni Tuang Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Bukti dari gerakan ini adalah berdirinya Taman Makam Pahlawan Rinjani yang ada di Kelurahan Pancor-Kecamatan Selong-Lombok Timur-NTB. Lalu setelah mengambil bagian darimemperjuangkan kemerdekaan Nahdlatul Wathan juga tidak tinggal diam dan mengambil gerakan merdeka dari ilmu pengetahuan. Hal ini terrealisasikan dengan pendirian Madrasah sebagai basis atau markas kegiatan belajar mengajar untuk menghidupkan ilmu pengetahuan.

Hal inilah yang membuat saya kiranya ingin membahas makalah tentang Gerakan Dakwah Nahdlatul Wathan yang juga tidak lekang kaitannya dengan kemampuan manajerial pendirinya dan nilai dakwah Islami yang dalam dengan semangat berislam dan bernegara. Keduanya tidak bisa di pisahkan Artinya Agama dan Negara di posisikan dalam satu tarikan nafas, yakni membangun agama berarti juga membangun Negara, begitu juga sebaliknya.[2]

Pemikiran pada tubuh Nahdlatu Wathan tentang tarikan satu nafas Agama dan Negara ini tidak terlepas dari pengalam pendirinya yang notebenenya pernah menjabat sebagai pejabat Negara yakni anggota konstituante pada periode 1955-1959, hasil Pemilihan Umum (Pemilu) pertama pada tahun 1955. Dan menjalan keseharian sebagai da’i keliling sampai ahir hidupnya dan pengajar di madrasah yang beliau dirikan. Artinya Nahdlatul Wathan tidak akan terlepas berperan dari dunia politik atas dasar pemikiran ini.

Agama bukan sekedar ibadah

Puasa sembahyang di atas sajadah

Tapi agama mencakup akidah

Mencakup syari’ah mencakup hukumah[3] 

B.     Istilah Nama Nahdlatul Wathan dan Latarbelakangnya

Nahdlatul Wathan dalam tinjauan bahasa berasal dari dua kata bahasa Arab yaitu al-Nahdah dan al-Watan. al-Nahdah berarti kebangkitan. Sedangkan al-Watan berarti tanah air. Sehingga dapat diartikan secara keseluruhan bahwa Nahdlatul Wathan adalah kebangkitan Tanah Air. Sedangkan menurut istilah Nahdlatul Wathan adalah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan Islam beraqidah Ahlussunnah wal jama’ah, Ala Mazhabil Imamy Syafi’i ra., yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah.[4]

Lambang organisasi Nahdlatul Wathan adalah “Bulan Bintang Bersinar Lima” dengan warna gambar putih dan warna dasar hijau. Adapun arti dan falsafah lambang organisasi Nahdlatul Wathan adalah : 1). Bulan melambangkan Islam, 2). Bintang melambangkan Iman dan Taqwa, 3). Sinar Lima melambang kan Rukun Islam, 4). Warna gambar dan tulisan putih melambangkan Ikhlas dan Istiqomah, 5). Warna dasar hijau melambangkan Selamat Bahagia Dunia Akhirat. Nahdlatul Wathan sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatn berazaskan Islam menurut aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah ala Mazhabil Imam Syafii. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Nahdlatul Wathan berpedoman pada Pancasila dan UUD 45.[5]

Description: Asas – Asas Nahdlatul Wathan – Siyar Dakwah Nahdlatul Wathan

Istilah Nahdlatul Wathan sendiri pada mulanya mengalami proses diskusi antara Tuan Guru M. Zainuddin Abd. Madjid dengan gurunya, Syaikh Hasan al-Masyat.[6] Sewaktu Tuan Guru M. Zainuddin Abd. Madjid hendak mendirikan jam'iyyah, ia memohon restu gurunya dan meminta pertimbangan nama. Tuan Guru M. Zainuddin Abd. Madjid mengajukan nama Nahdlatul Wathan dengan dasar pemikiran background historis masyarakat Lombok dan umumnya nusantara pada waktu itu dalam proses perjuangan kemerdekaan. Kondisi keterpurukan inilah yang harus dibangkitkan. Oleh gurunya Syaikh Hasan al-Masysyat, mengusulkan nama Nahdah al-din al-Islam li al-Watan atau Nahdah al-Islam li al-Watan. Tuan Guru M. Zainuddin Abd. Madjid menegaskan nama Nahdlatul Wathan sebagai pilihan ideal, mengingat relevansi perjuangan yang lebih bernuansa kebangsaan. Akhirnya, Syaikh Hasan al Masysyat menyetujui nama tersebut dengan catatan bahwa berapapun nama tidak sepesifik menyebut Islam sebagai label utama, tetapi dalam visi dan misi perjuangan organisasi tersebut harus menjadikan agama sebagai basis perjuangan yang utama.

Dengan banyak Madrasah / Sekolah yang tumbuh sebagai Cabang dari Madrasah NWDI & NBDI[7] khususnya di Pulau Lombok Nusa Tenggara terasalah adanya kesulitan untuk membina dan mengurus serta memeliharanya. Pertumbuhannya meliputi beberapa Daerah dan Kabupaten, dan terasa pula perlunya suatu wadah pembina dam penerus yang berfungsi untuk melanjutkan. Bertitik tolak atas kesadaran sebagian besar masyarakat dan simpati yang kelihatan semakin meningkat dan semakin besar yang dibuktikan dengan pertubuhan dan perkebangan perguruan Agama yang cukup menggembirakan sehingga pada tahun ajaran 1952 /1953 kedua Madrasah NWDI & NBDI sudah mempunyai Cabang sebanyak 66 buah Madrasah / Sekolah. Kepesatan pertumbuhan Madrasah / Sekolah tersebut, yang terbesar di Daerah Nusa Tenggara, adalah merupakan motief yang mendorong berdirinya suatu badan (Organisasi) yangt berfungsi mengkordinir, membina dan memelihara semua kegiatan Sekolah. Wadah pendidikam sosial da'wa tersebut bernana " Nahdlatul Wathan " dan disingkat NW. Nahdatul Wathan adalah suatu Organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial, berdasarkan islam.Nama orgaganisasi ini di ambil dari suatu lembaga perguruan lembaga NWDI yang didirikan oleh K.H.M.Zainuddin Abdul Majid sebagai induknya. Organisasi Nahdlatul Wathon (NW) didirikan pada tg, 15 jumadil akhir 1372 H bersamaan dengan tgl, 1 maret 1953 M di Pancor,[8] kecamatan selong kabupaten Lombok timur, dengan Akte Notaris no.48 yang diperbuat untuk pertama kalinya dihadapan pembantu jabatan sekertaris daerah Lombok Hendrik Alexander Malada sebagai notaris di Mataram.

History penamaan organisasi keislaman terbesar di NTB ini dapat di simpulkan setidaknya ada dua faktor besar di belakangnya, yakni untuk mengkoordinir semangat keislaman (melalui Madrasah) dan semangat kebangsaan (gerakan persatuan). Dua hal ini banyak di sampaikan dalam kata pengantar banyak buku karangan pendiri NW. “Semogalah Indonesia dari Sabang sampai Marauke, menjadi Negara yang tenang-aman, penuh dengan kemakmuran dan keadilan. Sehingga pemuda di dalamnya bisa melaksanakan bakat dan bidang mereka masing-masing. Oleh karena itu, mari teguhkanlah NW !!, perjuangkanlah NW !!” ini di sampaikan dalam sambutan Kiyai HAMZANWADI dalam cuplikan nasihat kepada seluruh Murid sebelum mengumandakan bersama isi wasiat oleh Tim Wasiat.[9]

C.    Visi, Misi dan Tujuan Nahdlatul Wathan

Visi NW “Terwujudnya Nahdlatul Wathan sebagai organisasi yang maju serta perhidmatannya berkembang dan berkualitas, adapun misinya adalah:

1)      Melaksanakan penataan dan pengembangan manajemen organisasi.

2)      Me aksanakan pemantapan aqidah.

3)      Melaksanakan pengembangan dan pening katan pelayanan Jemaah.

4)      Melaksanakan pengembangan sumber pendanaan.

5)      Membangun jaringan kerjasama.

Tujuan NW adalah “Liillai Kalimatillah Waizzil Islam Wal Muslimin dalam rangka mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta ikut membela dan mempertahankan bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia”. Usaha untuk mewujudkan tujuannya, Nahdlatul Wathan bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dakwah Islamiyah sebagai berikut :

1.      Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran melalui pondok pesantren, madrasah dan sekolah dalam seluruh jenjang pendidikan serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk menciptakan insan yang beriman dan bertaqwa, berahlaqul karimah, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan Negara.

2.      Menyelenggarakan kegiatan layanan dan bantuan sosial terhadap anak yatim piatu, pakir miskin dan anggota masyarakat yang menyandang masalah-masalah sosial maupun kesehatan serta mengusahakan kegiatan-kegiatan yang bersifat kemanusiaan.

3.      Menyelenggarakan kegiatan keagamaan dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar, meningkatkan ukhuwah Nahdliyah, ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, 9 dan ukhuwah insaniyah serta memelihara dan menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah ala Mazhabil Imamy Syafii RA.

Susunan Pengurus Besar (PB) pertama NW yakni masa bakti 1953-1958:

1.      Ketua Umum  : TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid

2.      Wakil Ketua    : H. M. Yusi Muhsin Aminulloh

3.      Sekjen             : H. Abdul Qodir Ma’arif

4.      Wasekjend      : H. Moh. Bushairi

5.      Bendahara       : Tuan Guru M. Saleh Yahya

6.      Wabend           : Tuan Guru Alimuddin[10]

Pengurus di bawahnya di sebuat Pengurus Wilayah (PW) lingkup provinsi. Kemudian Pengurus Daerah (PD) lingkup kabupaten. Kemudian Pengurus Cabang (PC) lingkup kecamatan. Kemudian Pengurus Anak Cabang (PAC) lingkup desa. Dan yang terakhir adalah Ranting yakni pengurus paling bawah. Kemudian pergantian pengurus memakai istilah Muktamar 1, 2 dan selanjutnya yang pada awal menggunakan masa jabatan selama 3 tahun.

D.    NWDI dan NBDI

Pendiri Nahdlatul Wathan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid menjadi salah satu murid dari madrasah tertua di kota Makkah yakni Madrasah Al-Saulatiyah. Sebelum mendirikan Nahdlatul Wathan, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang baru pulang dari Makkah mulai mengajar dan mendirikan pesantren  yang dinamai Al-Mujahidin pada tahun 1934 M.[11] yang kemudian inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya madrasah-madrasah dan dengan lahirnya pesantren Al-Mujahidin ini menjadi titik awal perjuangan sampai berdirinya ormas keagamaan terbesar di Nusa Tenggara Barat yaitu Nahdlatul Wathan.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di usia muda sudah mendapatkan kepercayaan masyarakat menjadi pelita dan penerang di tengah gelapnya ketidak fahaman masyarakat akan tujuan hidup mereka diciptakan sebenarnya. Masyarakat di desanya mengangkatnya menjadi imam dan khatib shalat Jumat di Masjid jami’ Attaqwa Pancor yang menjadi Sentral kegiatan keagamaan yang ada di wilayah Pancor Lombok Timur saat itu. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kala itu dikenal sebagai anak muda Yang alim memiliki keilmuan, serta semangat juang tinggi maka tidak heran Masyarakat kemudian memberikan gelar dengan sebutan Tuan Guru Bajang atau Tuan Guru Muda.

Tiga tahun setelah pulang dari Makkah, tepatnya 22 Agustus 1937, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan madrasah berbasis kelasikal. Madrasah ini memiliki jenjang pendidikan, tidak seperti majelis pengajian biasa. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiah (NWDI). NWDI ini khusus didirikan untuk para santri laki-laki. Kemudian dua tahun sebelum kemerdekaan, tepatnya 21 April 1943, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kembali mendirikan madrasah bernama Nahdlatul Banat Diniyah Islamiah (NBDI). NBDI dibuat khusus menerima murid dari kalangan perempuan. NWDI dan NBDI tercatat sebagai dua madrasah yang pertama kali berdiri di Lombok dengan sistem pengajaran klasikal dan pelopor pendidikan Islam Modern di NTB.[12]

Seiring berjalannya waktu, cabang-cabang dari madrasah NWDI dan NBDI berkembang sangat pesat. Madrasah-madrasah cabang itu didirikan oleh alumni madrasah NWDI dan NBDI. Baik itu merupakan perintah langsung oleh TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid atau inisiatif sendiri dengan persetujuan Maulana Syaikh. Tahun 1952 tercatat sudah ada 66 madrasah yang didirikan oleh para alumni NWDI dan NBDI. Supaya lebih mudah dalam mengkordinasikan madrasah-madrasah tersebut, tanggal 1 Maret 1953, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan ormas keagamaan yang  bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah. Sekaligus sebagai wadah pemersatu Madrasah yang telah tersebar dan tempat bernaungnya madrasah NWDI dan NBDI. Kedua madrasah ini merupakan madrasah induk di bawah naungan Nahdlathul Wathan.

Oleh pendirinya TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid Madrasah NWDI dan NBDI diberi nama “DWI TUNGGAL PANTANG TANGGAL”.[13] Artinya dua dasar yang tidak akan pernah sirna. Yakni NWDI dan NBDI sebagai dua Madrasah akar dari seluruh cabang madrasah-madrasah baru yang lahir di bawah naungan dan manajemen organisasi NW. dalam syair’ gubahan TGKH. M. Zainuddin yang berjudul Nahdotain yang memacu kaum laki-laki selalu setia dalam langkah, setia dalam sumpah, dan setia dalam gerakan perjuangan. Dan pelengkap dari itu ada kaum wanita yang dipacu untuk tetap sedia. Sedia membantu, sedia mendorong, dan sedia dalam gerakan perjuangan, sesuai titah NW untuk menegakkan kalimat Alloh, kejayaan islam dan kaum muslimin.

Nahdlatul Wathan setia

Nahdlatul Banat sedia

Ngurasang batur si'pidem

Nde'ne ngase leat kelem (2x)

Bangsaku pacu beguru

Kaumku Sasak bejulu

Bangsaku ndak te bemudi

Pete sangu jelo mudi (2x)

Ilmu agama begune

Doe bande nde' ne gune

Nde'ne perlu bangsa-bangsa

Mun agama nde' te rase (2x).

             Kemudian NWDI melahirkan lulusan pertamanya tahun 1941[14] dan NBDI pada tahun 1949. Para lulusan tersebut ada yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi dan ada pula kembali ke masyarakat untuk mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari selama menimba ilmu di NWDI dan NBDI sebagai wujud pengabdian. Diantara mereka yang terjun ke masyarakat ada yang mendirikan cabang madrasah NWDI dan NBDI, banyak pula yang aktif mengadakan dakwah dan pengajian umum melalui majlis-majlis taklim baik di masjid maupun di tempat-tempat lain, utamanya di pedesaan.

             Sehingga pada tahun 1952 telah berdiri sebanyak 66 buah Madrasah Nahdlatu Wathan Diniah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI) merupakan lembaga pendidikan yang didirikan untuk meningkatkan pendidikan umat Islam juga dalam rangka menyebarkan ajaran serta nilai nilai keislaman di pulau Lombok. Hal ini diharapkan mampu mengurangi kebodohan dan keterbelakangan yang melanda sebagian besar kaum muda Sasak.

             sejarah pendirian NWDI dan NBDI tidak luput dari gangguan dan rintangan baik dari internal masyarakat dan eksternal pada saat itu yakni kuatnya tekanan pemerintah kolonial untuk menutup dan membubarkan segala bentuk model pendidikan yang dihadirkan putra bangsa, tidak terkecuali yang didirikakan oleh TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid karena madrasah adalah salah satu wadah yang digunakan untuk menanamkan nilai semangat perjuangan dalam hal ini kemerdekaan terhadap segala bentuk penjajahan gerombolan colonial, Serta menumbuhkan sikap patriotisme dan pantang mundur menentang kolonialisme.

             Karena itu, keberadaan madrasah NWDI dan NBDI yang didirikan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kerap dipersoalkan pemerinah kolonial Belanda maupun Jepang. Bahkan dua madrasah ini sempat ditutup di masa penjajahan Jepang Kolonial karena mereka menilai pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris di madrasah NWDI dapat menjadi kunci untuk mengetahui kelemahan pihak kolonial.

             Selain itu, Jepang juga menganggap madrasah dijadikan tempat menyusun strategi dan taktik melawan kolonial. Sehingga Jepang meminta pelajaran kedua bahasa tersebut dihapuskan, dan melakukan pengawasan yang ketat di madrasah. Tapi TGKH Muhammad Zainuddin menolak. Ia tetap mempertahankan pelajaran bahasa Arab dan Inggris dengan kemampuan taktik diplomasi dan argumentasi yang mumpuni bahwa  bahasa Arab adalah bahasa Alquran, dan bahasa Inggris sebagai bahasa dunia dan Madrasah juga dijadikan hanya tempat mendidik calon penghulu dan imam yang berfungsi mengurus peribadatan dan perkawinan umat Islam semata. Mendengar penjelasan itu, pemerintah kolonial Jepang mengirim laporan ke atasannya di Singaraja Bali. Tidak lama kemudian, terbit surat keputusan bahwa NWDI diberikan tetap buka dengan syarat nama madrasah diubah menjadi sekolah penghulu dan imam.

E.     Gerakan Dakwah

Kunci kesuksesan Tuan Guru Kiyai Haji Zainuddin, dalam membangun dan mengembangkan Nahdlatul Wathan adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan budaya, seni, pendidikan dan politik dalam dakwahnya. Hal ini merupakan terobosan besar pada masanya karena masyarakat Lombok secara umum termasuk tokoh agama dan adat terjebak dalam budaya Ortodok. Mereka tidak mampu mendialogkan dan mensinergikan ketiga bidang tersebut, bahkan tidak jarang konflik dan kekerasan muncul karena pilihan-pilihan media dan metode yang digunakan bertentangan dengan tradisi lokal.

Islam di Lombok dalam sejarah dibawa oleh keturunan dari Sunan Giri yaitu Sunan Prapen pada abad ke-15 ketika kerajaan Islam mulai eksis di pulau Jawa. Pendapat lain mengatakan bahwa proses masuknya Islam di Lombok dibawa oleh Ghaus Abdurrazzaq dari Baghdad.[15] Runtuhnya kerajaan Majapahit dan berdirinya kerajaan Islam memberi ruang yang lebih luas untuk penyebaran agama Islam. Kekuatan politik dan ekonomi dari kerajaan Islam memfasilitasi para wali untuk menyebarkan Islam ke seluruh kepulauan Nusantara. Penyebaran Islam memiliki dinamika yang berbeda-beda di setiap daerah. Sebagian daerah masyarakatnya dengan mudah menerima dan sebagian menolak bahkan menentang masuknya pemahaman yang diklaim baru karena dominasi ideologi Hindu, Buddha dan kepercayaan lokal pada waktu itu.

Lombok memiliki keunikan sendiri ketika terjadi Islamisasi oleh para muballigh dari Jawa, di mana pertentangan adat dan praktik keagamaan cukup alot. Tawar menawar kekuasaan juga menjadi isu ketika Islam mulai merambah gumi Sasak. Masya rakat khawatir jika Islam dapat merusak local wisdom dan praktik-praktik ritual yang telah berkembang dan diwarisi secara turun temurun. Keberadaan agama baru ini juga dapat mengubah sturuktur sosial, kekuasaan dan sistem politik kerajaan di masyarakat. Walaupun berhasil melakukan negosiasi dengan tokoh-tokoh lokal untuk tujuan penyebaran Islam secara damai, bukan invasi politik, akan tetapi perkembangan Islam mengalami stagnasi karena gesekan dan pertentangan praktik kepercayaan lokal Wetu Telu dan agama yang belum tuntas.

Kehadiran TGH. Zainuddin di awal abad ke-20 membawa pendekatan baru dalam proses Islamisasi di Lombok. Peran TGH. Zainuddin sebagai tokoh baru memberikan perubahan yang signifikan di masyarakat. Dia mampu memobilisasi massa dalam jumlah besar secara konsisten baik untuk pembangunan tempat pendidikan, ibadah maupun ritual keagamaan. Setiap pengajiannya tidak pernah sepi, jama’ah datang dari berbagai kampung untuk hadir di pengajiannya. Metode dan pendekatan apa yang digunakan oleh TGH. Zainuddin sehingga mampu melakukan perubahan yang massif terutama di bidang pendidikan dan keagamaan (Baharuddin 2007; Hamdi 2011).

TGH. Zainuddin mampu mengintegrasikan berbagai pendekatan termasuk seni, budaya, pendidikan dan politik di dalam dakwahnya. Skill dan potensi yang beliau miliki juga dapat dimanfaatkan dengan baik. TGH. Zainuddin yang dikenal ahli sastra Arab membuat lagu-lagu, sair dan pantun yang berisikan pesan moral, semangat perjuangan dan ajaran agama. TGH. Zainuddin juga dikenal cerdas membaca peluang, perubahan sosial dan berani membuat terobosan dan memberikan jalan tengah untuk mengatasi masalah tersebut.

Ketika para tokoh agama sibuk dengan sistem pesantren atau halaqoh zaman dulu, TGH. Zainuddin justru meninggalkannya lalu membangun madrasah. Dia sadar bahwa madrasah jauh lebih efektif, modern, sistematis dan outputnya dapat bersaing di pasar kerja. Pesantren pada waktu itu tidak menggunakan kurikulum nasional dan tidak memiliki ijazah. Walaupun di awal-awal banyak tantangan dan cibiran yang dihadapi karena meninggalkan sistem pesantren, tetapi waktulah yang menjawab kekhawatiran masyarakat pada waktu itu. Madarasah menjadi lembaga pendidikan alternatif yang juga diadopsi oleh pemerintah. Gerakan pembangunan madrasah inilah yang membuat nama TGH. Zainuddin semakin dikenal oleh masyarakat di seluruh penjuru Lombok karena sebagian besar madrasah berafiliasi dan menggunakan kata NW untuk nama akhir madrasah itu.

Keberhasilan dakwah Islamiyah oleh TGH. Zainuddin juga karena faktor metode dan pendekatan dakwah yang digunakan. TGH. Zainuddin yang diyakini sebagai salah satu waliyullah di Lombok oleh para jama’ahnya[16] seringkali mengadopsi metode Walisongo dalam berdakwah. Metode dakwah Walisongo yang dimaksud di sini adalah menggunakan budaya lokal sebagai media transformasi nilainilai keislaman. TGH. Zainuddin tidak mewacanakan pemurnian Islam “Salafisasi” atau menentang praktik budaya lokal secara ekstrim tetapi sebaliknya menggunakan praktik- praktik lokal tersebut sebagai modal sosial dan modal kultural untuk mengembangkan ajaran Islam.

Dia sangat akomodatif dan longgar dengan praktik budaya lokal, sebagai contoh, TGH. Zainuddin tidak pernah menekan perempuan Sasak untuk menggunakan jilbab dalam kesehariannya. Perempuan Sasak dalam kesehariannya biasa menggunakan handuk atau kain kecil untuk menutupi kepala mereka, bahkan sebagian perempuan Sasak tidak berjilbab sama sekali (Smith 2014). Bagi TGH. Zainuddin yang terpenting adalah meereka tidak melupakan kewajiban pokok yakni shalat lima waktu. Berbeda ketika mereka di madrasah, dia mengharuskan semua siswa menggunakan jilbab.

TGH. Zainuddin juga seringkali menggunakan simbol-simbol lokal sebagai alat legitimasi dakwah seperti penggunaan istilah gunung Rinjani, Dewi Anjani, Amaq Milasih, Amaq Anom dan kerajaan Selaparang. Penggunaan nama-nama tokoh legenda lokal yang berpengaruh seperti Dewi Anjani (putri raja Selaparang) yang memiliki kekuatan spiritual dan diyakini mangku (penjaga) Gunung Rinjani secara tidak langsung menguatkan posisi TGH. Zainuddin di tingkat grassroot. Masyarakat lebih yakin lagi tentang kekuatan TGH. Zainuddin karena mampu berkomunikasi dengan tokoh-tokoh tersebut di alam metafisika (Smith 2012).

Kultur mistik yang kental di habitus masyarakat Lombok sangat cocok dengan wacana dan kultur keagamaan yang dikonstruk oleh TGH. Zainuddin. Cerita tentang peritistiwa gaib di pengajiannya menjadi daya tarik sendiri, apalagi testimoni masyarakat tentang kekeramatan TGH. Zainuddin selalu muncul dalam pengajian. Fenomena di atas menunjukkan kelihaian sosok TGH. Zainuddin dalam membaca perkembangan sosial, budaya dan politik di masyarakat.

TGH. Zainuddin berhasil mengintegrasikan seluruh elemen dan modal yang terdapat di masyarakat. Integrasi agama dan praktik budaya lokal melahirkan kultur “Islam NW” yang unik, di mana sinkretisme sangat harmonis dalam kultur baru tersebut. Wajar jika adanya pandangan miring tentang kultur keagamaan Nahdlatul Wathan yang dianggap berbau syirik karena ketidakpahaman kelompok luar dalam melihat kultur keagamaan Islam Nahdlatul Wathan secara komprehensif. Inilah kekuatan Nahdlatul Wathan ketika mampu menyatukan dan mengawinkan seluruh elemen yang ada dan membuat produk baru yang bisa menarik simpati masyarakat.

F.     Kesimpulan

Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari banyak suku, agama, dan budaya. Tediri dari banyakkaum dan golongan. Namun tetap satu jua seperti dalam jarghon yang sudah familiar “Bhineka Tunggal Ika”, berbeda-beda namun tetap satu jua. Hal inilah yang memicu semnagat untuk terus bersatu dan maju melangkah bersama dan demi tujuan bersama juga atas dasar kepentingan bersama yang pada zaman dahulu bahu membahu merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Banyak yang menggerakkan kemerdekan melalui jalan jihad, sebagiannya lagi melalui jalur diplomasi. Semua itu bermuara dalam satu tujuan yakni bagaimana terciptanya satu keadaan pribumi adalah tuan di tanahnya sendiri.

Dewasa ini perjuangan kemerdekaan itu tidak boleh redup harus tetap hidup dengan gerakan-gerakan yang terus terisi dengan nilai-nilai kemajuan dan semangat gotongroyong demi persatuan. NW sebagai organisasi yang mengambil nama Kebangkitan Tanah Air, dalam mengisi kemerdekaan saat ini akan terus berfastabiqulkhoirot-berlomba dalam kebaikan. Dalam dinamika politik mengusung musyawarah sebagai jalan keluar. Dalam dinamika faham mengusung faham moderasi beragama sebagai solusi yang tepat.

Setidaknya ada 5 hal yang bisa di ambil dari nilai gerakan perjuangan Nahdlatul Wathan[17]:

1.      Kesadaran Beragama (Wa’yu Ad-din).

2.      Kesadaran akan pentingnya Ilmu Pengetahuan (Wa’yu Al-Ilm).

3.      Kesadaran Berorganisasi (Wa’yu Al-Nizham).

4.      Kesadaran Berjama’ah atau bermasyarakat (Wa’yu Al-Ijtima’).

5.      Kesadaran Berbangsa dan Bernegara (Wa’yu Al-Wathan).

 

Negara kita berpancasila

Berketuhanan yang maha Esa

Ummat Islam paling setia

Tegakkan Sila yang paling utama[18]

 

Hidupkan iman hidupkan taqwa

Agar hiduplah semua jiwa

Cinta teguh pada agama

Cinta kokoh pada negara[19]

 

Daftar Pustaka

Adnan, Afifuddin, (1983), Diktat Pelajaran Ke-NW-an untuk Madrasan dan Sekolah Menengah NW, Pancor.

Achyar, M, (2007), Hizib Nahdlatul Wathan dan Nahdlatul Banat dan Terjemahnya, Pancor, TB. Jawahir.

Hamzanwadi, (1981), Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, Pancor : YPH PPD NW.

Masnun, (2007), Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat, Jakarta: Pustaka Al Miqdad.

Hamzanwadi, (1981), Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, Pancor : YPH PPD NW.

Habib, M., Zuhdi, M., (2012), Hizib dan Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan Alternatif Tasawuf Modern, Jakarta : Ponpes NW Jakarta.

Habib, Muslihan, (2018), Kewalian dan Karomah TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, Jakarta: Aswara,

Jamiluddin, (2002), Biografi Tokoh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid (Hamzanwadi), Jakarta, Pusat Perbukuan Depdiknas.

Majid, Ma’sum Ahmad Abdul BA. (1994), “Meneladani Kepemimpinan Hamzanwadi” (Makalah di sampaikan pada kongres HIMMAH NW di Pancor-Lombok Timur.

Nu’man, Abdul Hayyi, (1999),  Maulanasyaikh Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Riwayat Hidup dan Perjuangan, Lombok Timur: PB NW

Noor, M, Muslihan Habib, M. Harfin Zuhdi, (2014), Visi Kebangsaan Religius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid , Jakarta: Pesantren NW Jakarta dan LPA

Zainuudin, Muhammad.(1981), Wasiat Renungan Masa Pancor.


[1] M. Noor, Muslihan Habib, M. Harfin Zuhdi; Visi Kebangsaan Religius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid , (Jakarta: Pesantren NW Jakarta dan LPA, September 2014), Cet. Ketiga, hal. 186.

[2] Azyumardi Azra, pada Prolog: Nahdlatul Wathan Visi Kebangsaan Religius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid , (Jakarta: Pesantren NW Jakarta dan LPA, September 2014), Cet. Ketiga, hal. xxiii.

[3] Lihat Wasiat Renungan Masa Karya Kiyai HAMZANWADI, Bagian 1. Bait ke-78.

[4] Azaz NW jangan diubah

Sepanjang masa sepanjang sanah

Sunnah Jama’ah dalam ‘aqidah

Mazhab Syafi’I dalam Syari’ah…Lihat Wasiat Renungan Masa Karya Kiyai HAMZANWADI, Bagian 2. Bait ke-40.

[5] Lihat Wasiat Renungan Masa Karya Kiyai HAMZANWADI, Bagian 1. Bait ke-123.

[6] Nama lengkapnya adalah Abu Ahmad Hasan bin Muhammad bin 'Abbas bin' Ali bin 'Abdul Wahid al-Masyath al-Makki al-Maliki . Dilahirkan di Makkah pada 3 Syawwal 1317H. beliau merupakan Guru Besar dan Utama, Lihat Buku Wasiat renungan masa Kiyai HAMZANWADI, bagian 1. Bait 48.

[7] Akan di bahas husus tentang NWDI dan NBDI pada pembahasan selanjutnya, karena dua madrasah ini sebagai latarbelakang di bentuknya Organisasi NW.

[8] Tim penyusun pendidikan Hamzanwadi, Pondok Pesantren Darun Nahdlatain NW Pancor, hal. 21.

[9] Lihat video langsung: https://www.youtube.com/watch?v=TBh8wLwLXm0&t=3237s

[10] Abdul Hayyi Nu’man, Maulanasyaikh Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Riwayat Hidup dan Perjuangan, (Lombok Timur: PB NW, 1999) hal. 74.

[11] M. Noor, Muslihan Habib, M. Harfin Zuhdi; Visi Kebangsaan Religius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid , (Jakarta: Pesantren NW Jakarta dan LPA, September 2014), Cet. Ketiga, hal. 164.

[12] Tim Dewan Harian Angkatan 45, Cabang Lombok Timur, hal. 7.

[13] M. Noor, Muslihan Habib, M. Harfin Zuhdi; Visi Kebangsaan Religius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid , (Jakarta: Pesantren NW Jakarta dan LPA, September 2014), Cet. Ketiga, hal. 181.

[14] Afifuddin Adnan, Diktat Pelajaran Ke-NW-an untuk Madrasan dan Sekolah Menengah NW, (Pancor: 1983).

[15] Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Masuknya Islam di Lombok", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/16/130000679/sejarah-masuknya-islam-di-lombok?page=all.

[16] Muslihan Habib, Kewalian dan Karomah TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, (Jakarta: Aswara, 2018).

[17] Ma’sum Ahmad Abdul Majid, BA., “Meneladani Kepemimpinan Hamzanwadi” (Makalah di sampaikan pada kongres HIMMAH NW di Pancor-Lombok Timur, 14 Mei 1994).

[18] TGKH. M. Zainuudin, Wasiat Renungan Masa (Pancor: 7 Oktober 1981), bait 44.

[19] TGKH. M. Zainuudin, Wasiat Renungan Masa (Pancor: 7 Oktober 1981), bait 68.

Komentar

Berbagi Info

KEAJAIBAN SIDIK JARI

Memahami Sejarah Terbentuknya Konsep dan Sistem Kebijakan Ekonomi pada masa Rasululloh dan Khulafa’urrosyidin

KEBIASAAN ITU TERPOLAKAN, BISA DIUKUR LANGSUNG

Manajemen Dakwah- Ayat-Ayat Al-qur'an yang Menyebutkan tentang Manusia

Perintah Dalam Qur'an untuk membuat rencana